Sejarah Berdirinya Islamic Center Kalimantan Timur

PEMBANGUNAN ISLAMIC CENTER KALIMANTAN TIMUR

  1. Wacana Pembangunan Kawasan Islamic Center Kalimantan Timur

     Gagasan dan keinginan membangun Pusat Pengembangan islarn di Kalimantan Timur dicetuskan pertama kali oleh Bapak Brien TNI (Purn) H. Abd. Wahab Syachranie - Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur pasca MTQ Nasional ke IX yang berlangsung di Kota Samarinda. gagasan itu berkembang setelah MTQ ke IX di Kota Samarinda - Kaltim berlangsung sukses baik dari aspek penyelenggaraan maupun sukses karena putera-puteri Kaltim berhasil meraih prestasi yang bertarafnasional dengan memperoleh juara I, HM. Ali Yusni, Qori Tingkat Dewasa dan Hj. Qustaniah, Juara I Qoriah Putri Dewasa.

     Atas dasar sukses tersebut dan menyadari pentingnya mengisi pembangunan yang bertumpu pada pembangunan jiwanya seimbang dengan pembangunan badannya atau seimbangnya pembangunan rohaniah dan jasmaniah maka keberadaan Pusat Pengembangan dan Kegiatan Islam Kaltim di Samarinda sangat diperlukan.

     Seiring dengan berjalannya waktu gagasan itu mulai diwujudkan oleh Bapak H.M. Ardans, SH - Gubernur Daerah Tingkat I Kaltim - dengan pengadaan lahan untuk Pembangunan Pusat Pengembangan dan Kegiatan Islam Kaltim yang terletak di Jalan Pangeran Suryanata, Kecamatan Samarinda Ulu tahun 1997.

     Untuk merealisasikan pembangunan Pusat Pengembangan dan Kegiatan Islam Kaltim di Samarinda, H. Suwarna Abdul Fatah merencanakan pembangunan Pusat Pengembangan dan Kegiatan Islam yang lebih representatif dan pada lokasi yang strategis diProfil Islamic Center Provinsi Kaltim Samarinda Kota Samarinda. Rencana besar ini didukung oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat dan ulama di Kaltim seperti: KH. Sabranity, KH. Abdul Madjid, KH. Mujtaba Ismail, KH. Ilham Hasyari, KH. Sani Karim, KH. Zuhaifa, KH, Abdul Rasyid, KH. Usman Ibrahim, KH. Djafar Sabran, MUI Kaltim, Kakanwil Agama Kaltim, tokoh pemuda dan masyarakat Kaltim.

     Gubernur Kaltim kala itu, Suwarna Abdul Fatah yang mencetuskan ide awal pembangunan masjid ini yang kala itu masih bernama Islamic Center Samarinda. Di tahun 2000, memasuki milenium ketiga, Suwarna Abdul Fatah menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Ketika berada di Masjid Nabawi Madinah Al Munawarrah, muncul inspirasi dibenaknya untuk membangun sebuah masjid besar di Benua Etam.

     “Dengan meneteskan air mata beliau berniat untuk mempersembahkan sebuah karya monumental untuk rakyat Kaltim yang bisa dirasakan oleh generasi ratusan tahun yang akan datang,” kisah Awang Dharma Bhakti, Ketua Umum Badan Pengelola Islamic Center.

     Keinginan tersebut lantas disampaikan kepada Awang Dharma Bakti yang kala itu menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kaltim. Suwarna Abdul Fatah memerintahkan Awang Dharma Bakti untuk membuat perencanaan pembangunan Islamic Center Samarinda.

Lokasinya menempati area seluas sekira 7,2 hektare yang merupakan bekas area penggergajian kayu milik PT Inhutani I. Area ini telah dihibahkan PT Inhutani I kepada Pemprov Kaltim.

     “Masjid ini mulai dibangun tanggal 5 Juli 2001. Pencanangannya dilakukan oleh Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid di Bontang. Sementara pemancangan tiang pertama dilakukan Presiden RI kelima, Megawati Soekarno Putri,” kenangnya.

     BAGI mereka yang baru pertama melewati tepian Mahakam di Samarinda pasti terpesona dengan kemegahan masjid ini. Tak mengherankan memang mengingat Masjid Baitul Muttaqin Islamic Center Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) ini menjadi masjid terbesar kedua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta.

     Dengan seiringnya waktu berjalan dan berkembangnya tentang hal kepengurusan maka Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center berubah menjadi Masjid Raya Islamic Center Provinsi Kalimantan Timur yang telah diputuskan oleh Gubernur Kalimantan Timur No. 451.2/K.305/2022 tentang Penetapan Tipologi Masjid Baitlul Muttaqien Islamic Center Provinsi Kalimantan Timur sebagai Masjid Raya pada tanggal 09 Mei 2022.

 

  1. Pembangunan Islamic Center Kaltim, dengan Masjid sebagai sentralnya.

     Masjid adalah "Bait Allah" atau rumah Allah dan tempat ber-ubudiyah kepada Allah. Karena di masjid itulah umat Islam menjalankan ibadah ritual keagamaan, baik ibadah mandhah maupun ibadah ghairu mandhah. Lebih khusus lagi di masjidlah sebagai tempat umat Islam menyambung tali ke khudur'an dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

     Di sisi lain di masjid pula sebagai tempat ta'arub sesama Muslim dan sekaligus terjalinlah ukhuwah Islamiyah. Sehingga dari pertemuan itu akan timbul niat ikhlas hati sanubari masing-masing bagaimana upaya untuk memakmurkan masjid, yang juga berarti memakmurkan bumi Allah sebagaimana yang diamanatkan dalam Al Qur'an surat Hud ayat 61 yang artinya : "Dialah Allah yang menciptakan kalian (manusia) dari bumi-Nya dan rnengharap kalian untuk memakmurkannya."

     Terjemah dari isi firman Allah tersebut menjelaskan, bahwa manusia itu wajib mensyukuri ciptaan Allah SWT yang telah menjadikan kita dari bumi-Nya dan menjadikannya sebagai wadah hidup di dunia. Maka sebagai wujud rasa syukur tiada lain hanyalah dengan memakmurkan bumi Allah yang sekaligus memakmurkan masjid Allah SWT.

     Setelah melalui proses panjang, wacana pembangunan kawasan Islamic Center, dimana masjid sebagai sentralnya mulai dibangun di atas tanah ex PT Inhutani I seluas 7,2 Ha dari rencana luas tanah 12,5 Ha. Dalam perencanaan akan dibangun beberapa bangunan penunjang masjid seperti klinik rumah bersalin, TK dan SD Islam, mess atau asrama dan kantin, rumah Imam Masjid dan rumah pembantu imam masjid, gardu generator listrik dam lapangan parkir serta bak penampungan air bersih.

     Pada tanggal 07 Juli 2000, dalam rangka kunjungan kerja Bapak PresidenAbdurrahman Wahid ke PT Pupuk Kaltim Bontang untuk meresmikan proyek PT Pupuk Kaltim Bontang dan dijadwalkan pula peresmian dimulainya pembangunan kawasan Islamic Center Kaltim di Samarinda. Setahun kemudian tepatnya pada tanggal 05 Juli 2001 dimulailah pemancangan tiang utama oleh Ibu Megawati Soekarno Putri selaku Wakil Presiden Republik Indonesia.

     Dana pembangunan Islamic Center Kaltim itu, sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) secara multi-years dengan biaya seluruhnya sekitar Rp 400 milyar.

     Uji coba penggunaan masjid di kawasan Islamic Center sebelum peresmian telah dilaksanakan shalat fardhu pada November 2004, dan kemudian pada tanggal 16 Juni 2008, oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono diresmikan pemakaiannya. Peresmian masjid dilakukan bersamaan dengan peresmian proyek Pertamina di Balikpapan. Dan 3 (tiga) bulan kemudian setelah peresmian yaitu pada bulan Ramadhan 1429 H atau 19 September 2008 dimulai untuk shalat Jum'at.

     Penyerahan oleh PT Total Bangun Persada sebagai kontraktor utama kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dilakukan 2 (dua) tahun kemudian yaitu pada tanggal 12 Juni 2010.

     Sejak itulah kawasan Islamic Center Kalimantan Timur dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan membentuk Pengurus sementara Pengelola Pelaksana kawasan Islamic Center diketuai aieb Bapak Drs. H. Farid Wadjdy, M.Pd (Wakil Gubernur Provinsi ralimantan Timur). Hal itu sesuai dengan SK Gubemur Kalimantan Timur No 451.2/K.52/2010, tanggal 29 Januari 2010. Setelah melalui proses pembangunan selama kurang lebih tujuh tahun, masjid ini akhirnya diresmikan tanggal 16 Juni 2008. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono. Barulah pada 20 Agustus 2014 tiga tahun silam, masjid ini secara resmi diberi nama “Baittul Muttaqin” yang artinya rumah orang-orang bertakwa. Pemberian nama ini diresmikan Menteri Agama RI Lukman Hakin Syaifuddin di Balikpapan.

     Dijelaskan Awang, bangunan utama masjid ini memiliki luas sekitar 43.500 meter persegi. Sedangkan bangunan penunjangnya seluas 7.115 meter persegi. Bangunan utama terdiri dari beberapa bagian yaitu lantai basement seluas 10.235 meter persegi. Lantai dasar seluas 10.270 meter persegi, lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Serta lantai mezanin atau balkon seluas 290 meter persegi.

     “Masjid ini juga dilengkapi tujuh buah menara. Salah satunya menara utama setinggi 99 meter yang dikenal Menara Asmaul Husna. Karena ketinggiannya sama dengan jumlah nama Allah yang baik,” terang Awang.

     Menara utama ini terdiri dari 15 lantai. Setiap lantainya memiliki tinggi rata-rata 6 meter. Sementara empat menara lainnya yang terletak di setiap sudut masjid masing-masing memiliki tinggi 70 meter. Adapun dua menara lainnya yang terletak di kedua sisi pintu gerbang masuk masjid masing-masing tingginya 57 meter.

     Di area lobi lantai dasar masjid, terdapat sebuah beduk berukuran besar. Beduk ini dibuat dari sebatang kayu dari hutan Kalimantan berdiameter 180 sentimeter. Diameter tersebut lebih tinggi dari rata-rata tinggi orang Indonesia. Batang kayu untuk beduk yang tidak bulat sempurna membuat tampilan beduk ini sedikit berbeda dan cukup unik. “Beduk besar ini merupakan sumbangan dari Bapak Suwarna Abdul Fatah,” jelasnya.

     Di kompleks masjid ini terdapat berbagai fasilitas. Khususnya fasilitas pendidikan meliputi TK dan SD Al-Fath, dan Taman Pendidikan Quran (TPQ). Faslitas pendukung lainnya meliputi poliklinik plus, asrama, gedung serba guna, rumah imam dan penjaga masjid, museum mini dan radio-TV Islamic Center. Masjid ini juga memiliki perpustakaan yang berisi beragam literatur keagamaan dan umum.

     “Berbagai kegiatan rutin keagamaan kami gelar setiap harinya di sini. Terutama untuk ibadah salat berjamaah. Ada tujuh imam di masjid ini, salah satunya imam besar masjid ini yaitu Kiai Haji Fahruddin,” ungkap Awang.

     Saat ini, Masjid Baitul Muttaqin Islamic Center dilengkapi sistem tata lampu yang modern. Sistem tata lampu ini menghadirkan salah satu pemandangan indah di gelapnya malam Kota Tepian. Pasalnya masjid ini terlihat begitu bercahaya dan memukai siapa saja yang memandangnya. Dilihat dari tepian Mahakam, kemegahan masjid ini begitu anggun dalam kemilau lampu yang meneranginya.

     “Tidak salah bila warga Samarinda berbangga hati dengan salah satu masjid termegah dan terindah di Asia Tenggara ini,” tandasnya. (*)

 

  1. Masjid dan Fungsinya dalam Pembinaan Umat

     Masjid dalam syiar agama Islam berfungsi ganda dan sangat strategis,. Betapa tidak, karena dari satu sisi masjid adalah berfu ngsi sebagai tempat beribadah seperti kebanyakan peng.gunaannya di kalangan umat Islam, dan pada sisi lain masjid merupak an pusat pengembangan kebudayaan dan syiar Islam.

     Bahkan masjid juga memiliki fungsi sebagai wadah bermusyawarah dalam memecahkan masalah keagamaan maupun mendamaikan masyarakat yang sedang bertikai.

Rasulullah SAW telah mencontohkan dalam beberapa peristiwa keagamaan yang penyelesaiannya selalu dilakukan di dalam masjid. Seperti misalnya, menyatukan pertikaian antara Muhajirin (bani Khajraj) dan Anshar (bani Auzy) berhasil dipersatukan di Masjid Nabawi.

     Demikian pula pembelajaran Rasulullah SAW kepada umatnya agar selalu meluruskan shaf di dalam shalat berjamaah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah SAW mengusap-usap kami ketika hendak shalat dan beliau bersabda :

     "Pastikan barisanmu (lurus dalam shalat) dan jangan berselisih, maka jika kami tidak demikian berselisih hati kamu, hendaknya rnendekat pada saya orang-orang tua dan orang-orang pandai dari kamu, kemudian orang-orang di bawah mereka, kemudian di bawah mereka." (HR. Muslim).

     Oleh karenanya sebagai pencerminan maju dan mundurnya umat Islam sangat tergantung dengan keberadaan masjid dan kemakmurannya. Karena peran dan fungsi masjidlah yang diharapkan untuk dapat mencetak kader-kader Muslim yai berperadaban dan memiliki kebudayaan yang tinggi, yang marni menangkal masuknya kebudayaan non-Muslim.

 

Suasana jamaah sedang melaksanakan shalat Jum'at di Masjid Baitul Muttaqien berada dalam lingkungan komplek Islamic Center Kaltim, Samarinda.

 

     Menurut Kantor Kementeriaan Agama RI dalam bu Tipologi Masjid memberikan 4 (empat) macam aktivitas yang dai dikembangkan untukmengoptimalkan fungsi masjid :

1.  Masjid harus dijadikan lembaga independen, berwibawa d mempunyai daya tarik tersendiri bagi jamaahnya dali peningkatan kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.

2.  Masjid harus dijadikan sebagai pusat pembinaan umat. Berkai dengan itu masjid seyogyanya dapat menempatkan diri sebagai pengayom dan pelindung jamaahnya dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Ini merupakan komitmen yang tinggi yang perlu dibangun dan diperjuangkan oleh para pengurus atau pengelola masjid, yaitu dengan menempatkan  kepentingan jamaahnya di atas kepentingan individu, kelompok dan kekuasaan yang dilandasi dengan semangat persaudaraan.

3.  Pengembangan fungsi masjid yang dapat mengkoordinir berbagai kepentingan jamaahnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada jamaahnya sendiri.

4.  Para pengurus atau pengelola masjid hendaknya meminta dan menerima saran dan kritik dari jamaah yang datang ke masjid, juga tidak terkecuali jamaah yang datang hanya sesaat ikut menumpang shalat. Bahkan jamaah macam inilah yang terkadang lebih peka mengkritik dan memberi saran.

 

D.    Detail Bangunan Masjid di kawasan Islamic Center Kaltim

     a.  Keseluruhan luas bangunan masjid 43.560 m2 yang terdiri dari bangunan basement sebagai tempat parkir kendaraan roda 4 (empat) dan 2 (dua) dengan daya tampung sekitar 138 buah motor dan kendaraan roda 4 (empat) sekitar 200 buah mobil, dan luasnya sekitar 10.235 m2. Di lantai dasar ini dibangun pula tempat penampungan air bersih dari PDAM yang digunakan sebagai air wudhu dan untuk pembersihan di sekitar kawasan Islamic Center.

     b.  Lantai dasar seluas 10.235 m2 adalah bagian atas (lantai kedua) dari basement, yang menjadi tempat pertemuan umum atau multi perpus, dan bisa dipisah dengan sekat (pemisah) menjadi 3 (tiga) ruang pertemuan, full AC, luasnya 570 m2. Ruangan ini mampu menampung sekitar 4.000 orang. Di bagian lain pada lantai dasar juga terdapat ruang toilet, ruang hias, ruang sound system, ruang-ruang kelas/rapat, tempat wudhu dan titipan sepatu/sandal, termasuk tangga, ekskalator dan lift untuk naik ke lantai utama.

 

Tempat wudhu yang terletak di bagian lantai dasar.

 

c.  Di sekeliling masjid dilengkapi dengan selasar (anjungan), dengan 7 gerbang seluas 2.580 m2, yang banyak digunakan oleh mahasiswa dan jamaah untuk berdiskusi menunggu waktu-waktu shalat.

 

Bangunan tangga utama masjid untuk naik ke lantai dua yang merupakan tempat shalat berjamaah Masjid Baitul Muttaqien, Islamic Center Kaltim.

 

d.  Lantai utama adalah ruang kantor dan ruang shalat seluas 8.185 m2 yang mampu menampung jamaah shalat sekitar 10.000 orang, dan diruang utama ini terdapat pula mezzanine jamaah sekitar 2.000 orang.

 

Bangunan selasar/ruang sirkulasi pada samping kiri dan kanan masjid.

 

e.  Di bagian belakang lantai utama terdapat beberapa ruang sebagai kantor sekretariat, ruang rapat, ruang imam dan muadzin, ruang direktur dan ruang VIP room Islamic Center, perpustakaan masjid, dan lain-lain, yang kesemuanya sebagai wadah petugas pengurus kawasan Islamic Center Kaltim.

f.   Di bagian lain pada lantai 3 (tiga) bagian belakang mihrab terdapat tangga naik ke lantai 4 (empat) untuk mencapai beberapa ruang perkantoran.

g.  Kubah masjid mengadopsi kubah Masjid Nabawi berdiameter 45 m2 dihiasi kombinasi dengan kaligrafi, ayat kursi, dan dihiasi pula dengan lampu gantung yang  mengadopsi lampu-lampu gantung dari beberapa masjid di Timur Tengah.

h.  Di 4 (empat) sudut lantai utama terdapat 4 (empat) buah menara dengan masing-masing menara seluas 1.075 m2 sehingga luas keseluruhan menjadi 4.300 m2, dengan ketinggian 70 m dan dapat dicapai melalui tangga manual. Sekeliling bagian luar kubah terdapat plaza terbuka sebagai tempat mesin pusat AC merk Syller untuk pendinginan beberapa ruang di dalam masjid.

Ruang utama masjid mampu menampung jamaah shalat sekitar 10 ribu orang

 

i.   Bagian depan masjid terdapat menara induk dengan ketinggian 99 m, yang disebut pula dengan menara "Asmaul Husna". Melalui menara ini dapat menikmati keindahan sungai Mahakam dan Kota Samarinda. Bangunan ini seluas 1.545 m2.

     Setiap menara diberi lampu sorot dari setiap tingkatan menara guna penerangan di malam hari, dengan jumlah lampu sorot 211 buah. Di lantai dasar menara terdapat tempat Studio Radio Da'wah Islamic Center (RADIC) dan ruang museum Islamic Center yang terdapat di lantai 2 dan 3. Jumlah menara ada 6 (enam) mengacu ke rukun Islam 6 (enam) perkara, disamping 4 (empat) menara pada tiang pojok masjid, terdapat 2 (dua) menara lebar, dan menara pintu gerbang pada bagian depan sebagai yang mengintai seluruh masjid.

Kubah utama masjid Baitul Muttaqien lslamic Center Kaltim, dilihat dari atas.

 

  1. Interior, Ornament dan Fasilitas yang Tersedia

     Secara keseluruhan interior, ornamen serta fasilitas yang bereaya klasik modern, mulai dari bentuk menara utama dengan 99 m sebagai perlambang terhadap "Asmaul Husna", serta bangunan-bangunan dibagian selaras kiri-kanan, depan id dan pintu lain bagian depan masjid terdapat plaza yang digunakan sebagai tempat pertemuan dan acara-acara terbuka.

     Di bagian sebelah kiri-kanan tangga menuju ke lantai utama, ficisedia tempat wudhu yang terbuka. Di bagian depan pada lorong ausuic tersedia tempat penitipan pakaian, tas, sepatu dan sandal, juga disiapkan mukena bagi ibu-ibu atau kaun wanita yang akan tetapi tidak membawa mukena dan pakaian muslim.

     Tangga naik untuk ke lantai utama, telah disiapkan dengan 2 liaa) bentuk tangga, yaitu tangga biasa (manual) dengan jumlah asek tangga 33 buah yang melambangkan bagi mereka yang akan di lantai utama, jangan lupa bertasbih 33 kali.

     Juga ada tersedia tangga eskalator yang hanya digunakan pada seat-saat tertentu, disamping tersedia pula lift bagi penderita cacat yung akan shalat ke lantai utama bagi para pengunjung Islamic Center non-Muslim disediakan pula pakaian khusus yang tersedia lantai dasar sebelah naik tangga utama.

     Mimbar dan mihrab yang terletak di lantai utama (ruang shalat) dan pada bagian kiri-kanan lantai utama ini dilengkapi dengan mezzanine. Setiap kegiatan Islami dapat difasilitasi melalui tempat dan ruang yang ada dan telah dirancang khusus untuk keperluan lessebut, baik untuk pelatihan, seminar maupun rapat-rapat, yang Mengkapi pula dengan ruang rapat dan aula serbaguna bagi keperluan pertemuan umum.

     Bahkan dapat pula digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan yang terletak di lantai dasar. Ruang perpustakaan dengan buku-buku Islami yang beraneka ragam, telah disediakan pada lantai dasar bagian belakang masjid.

     Pada bagian lain, di sekeliling bagian masjid terdapat tempat parkir kendaraan roda 4 maupun roda 2. Di samping itu pada basement telah disediakan pula tempat parkir tertutup.

     Pusat belanja yang menyediakan beragam souvenir daerah,serta makanan khas daerah disediakan di kantin, yang berada berdekatan dengan mess/tempat menginap, TK dan rumah klinik kesehatan dalam kawasan Islamic Center.

 

  1. Gambar-Gambar Pendukung di Masjid Islamic Center Kalimantan Timur.

 

Ruang utama masjid terlihat sangat anggun dan syandu untuk beribadah secara khusyuk

 

 

  1. Bangunan Penunjang Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center Kalimantan Timur.

     Beberapa bangunan yang berfungsi untuk menunjang keberadaan masjid kawasan Islamic Center adalah :

  1. Rumah Imam seluas 750 m2. Rumah Imam dan rumah pembantu Imam terdapat 4 (empat) buah bangunan. Rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal Imam Besar, pembantu Imam dan rumah untuk muadzin.

Rumah tempat tinggat imam masjid, terletak di bagian belakang yang bersebetahan dengan bangunan TK/Sekolah istam.

 

  1. Bangunan mess/asrama dan kantin. Bangunan mess/asrama seluas 380 m2 yang terdiri dari 2 (dua) bangunan yang masing-masing bangunan bertingkat dua dan jumlah kamar keseluruhan 50 kamar mampu menampung masing-masing (dua) orang pengunjung. Di depan bangunan mess/asrama terdapat bangunan kantin seluas 455 m2 sebagai tempat penjual souvenir, makanan tradisional, serta sebagai ruang makan tamu-tamu penginap mess/asrama.