Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.

10 Masalah Pendidikan Terbesar yang Dihadapi Pemerintah Kalimantan Timur Menuju Indonesia Emas

Balikpapan, 29 November 2024.

Menuju visi Indonesia Emas 2045, pendidikan menjadi fondasi penting dalam menciptakan generasi unggul yang mampu bersaing di tingkat global. Namun, di Kalimantan Timur, berbagai tantangan dalam sektor pendidikan menjadi penghalang yang perlu segera diatasi untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut adalah sepuluh masalah pendidikan terbesar yang setidaknya  berhasil dirumuskan oleh komisi 1 dalam Rembug Pendidikan yang diselenggarakan dari tanggal 28 November 2024 di Hotel Blue Sky Balikpapan yang dihadapi pemerintah Kalimantan Timur dan rekomendasi langkah strategis untuk mengatasinya yang diusulkan oleh komisi 1 yang dibacakan oleh ketuanya yaitu Djoko Iriandono.

1. Ketimpangan Akses Pendidikan

Meskipun angka partisipasi sekolah di Kalimantan Timur tergolong tinggi untuk pendidikan dasar, akses ke pendidikan menengah dan tinggi masih menghadapi kesenjangan yang cukup lebar, terutama di wilayah pedalaman dan terpencil. Di beberapa wilayah kecamatan perkotaan terindikasi masih kurang atau tidak  adanya sekolah di tingkat SLTA. Hal ini diperparah dengan minimnya sekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

Solusi: Pembangunan sekolah berbasis wilayah dan pemanfaatan teknologi digital untuk pembelajaran jarak jauh.

2.  Sumber Daya Manusia.

Di bidang tenaga pendidik dan kependidikan terdapat 2 masalah besar yaitu dari sisi penyebaran dan kualitas.  Berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur jumlah tenaga pendidik (guru) telah mencukupi, namun keberadaannya terkonsentrasi di daerah perkotaan. Daerah pinggiran, pedesaan dan apalagi daerah 3T masih sangat kekurangan. Apalagi jika dilihat dari sisi kualitas sebagian besar guru yang bertugas di daerah terpencil belum memenuhi standar kualifikasi, baik dalam hal kompetensi mengajar maupun sertifikasi profesional.

Solusi: Program pelatihan intensif dan insentif khusus bagi guru yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil.

3. Keterbatasan Infrastruktur Pendidikan

Luasnya wilayah dan sebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan masih banyaknya daerah di Kalimantan Timur yang belum memiliki sarana pendidikan yang memadai. Di beberapa wilayah terutama di wilayah pedalaman, masih belum tercukupi fasilitas dasar seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan apalagi akses internet.

Solusi: Kerja sama pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur pendidikan.

4. Kesenjangan Kualitas Pendidikan

Perbedaan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan perdesaan masih signifikan. Siswa di daerah terpencil seringkali tertinggal dalam hal prestasi akademik dibandingkan dengan siswa di perkotaan.

Solusi: Peningkatan kurikulum berbasis lokal dan penguatan sistem asesmen pendidikan secara merata. Jika pemerintah pusat masih tetap tidak menyelenggarakan Ujian Akhir Nasional maka Pemerintah Kalimantan Timur harus berani mengadakan assesment sendiri secara menyeluruh dan merata di tingkat SD, SLTP dan SLTA.

5. Tantangan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) masih menghadapi banyak kendala, seperti kurangnya fasilitas, tenaga pendidik, dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusi.

Solusi: Penyediaan sekolah inklusi di setiap kabupaten/kota dan pelatihan khusus bagi guru untuk menangani siswa ABK.

6. Masalah Sosial dalam Pendidikan

Kasus perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi di lingkungan sekolah menjadi tantangan serius yang menghambat terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman.

Solusi: Implementasi program pendidikan karakter dan pengawasan ketat dari pihak sekolah dan masyarakat.

7. Rendahnya Literasi dan Numerasi

Hasil asesmen menunjukkan bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa di Kalimantan Timur masih berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini dapat memengaruhi daya saing mereka di masa depan.

Solusi: Program literasi intensif melalui kolaborasi dengan perpustakaan daerah dan lembaga pendidikan nonformal.

8. Minimnya Pendidikan Vokasi

Pendidikan kejuruan yang dapat menghasilkan tenaga kerja terampil belum menjadi prioritas utama. Padahal, pendidikan vokasi sangat relevan dengan kebutuhan pembangunan daerah, terutama untuk mendukung Ibu Kota Nusantara (IKN).

Solusi: Peningkatan jumlah dan kualitas SMK yang relevan dengan kebutuhan industri lokal.

9. Tantangan Kemajuan Teknologi

Pendidikan di Kalimantan Timur masih tertinggal dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi era digitalisasi dan otomatisasi.

Solusi: Integrasi teknologi informasi dalam pembelajaran dan penyediaan pelatihan keterampilan digital bagi siswa dan guru.

10. Keterbatasan Anggaran Pendidikan

Alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBD sering kali belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan pendidikan, terutama untuk wilayah-wilayah terpencil.

Solusi: Pemanfaatan dana abadi pendidikan dan penggalangan dana dari sektor swasta untuk mendukung program-program pendidikan strategis.

Pada saat menutup penyampaian laporan hasil diskusi komisi 1, Djoko Iriandono menyatakan bahwa menyongsong Indonesia Emas 2045, Kalimantan Timur memiliki potensi besar untuk menjadi lokomotif kemajuan bangsa, terutama dengan keberadaan IKN. Oleh sebab itu pemerintah perlu mengatasi berbagai tantangan pendidikan yang ada melalui kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat. Dengan langkah strategis yang tepat, pendidikan Kalimantan Timur tidak hanya akan menjadi lebih inklusif dan berkualitas tetapi juga menjadi model bagi daerah lain di Indonesia.


*) Kasi Kominfo BPIC

Redaksi