Please enable JavaScript to view the comments powered by Disqus.

Guru Juga Manusia (Bag-2): Pentingnya Evaluasi dan Dukungan Manajemen Sekolah.

Oleh: Djoko Iriandono*)

Kita sering mendengar ungkapan bahwa “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam. Guru adalah sosok yang berada di garis depan dalam membangun peradaban bangsa. Dari tangan merekalah lahir generasi penerus yang cerdas, berakhlak, dan berkarakter. Namun, satu hal yang kerap dilupakan banyak orang adalah bahwa “guru juga manusia”.

Sebagai manusia, guru tentu tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Mereka memiliki batas kemampuan, perasaan lelah, bahkan tekanan pribadi yang mungkin tidak tampak dari luar. Oleh karena itu, peran manajemen sekolah (Kepala Sekolah) menjadi sangat penting dalam memastikan bahwa guru tidak berjalan sendirian menghadapi berbagai tantangan dalam dunia pendidikan yang semakin kompleks.

Artikel ini saya persembahkan kepada seluruh jajaran manajemen sekolah, khususnya para kepala sekolah di berbagai jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Saya tidak bermaksud untuk menggurui siapa pun, melainkan sekadar berbagi pengalaman dan refleksi pribadi yang mungkin bermanfaat. Pengalaman ini saya peroleh selama lebih dari sepuluh tahun mengemban amanah sebagai kepala sekolah di empat sekolah berbeda secara berturut-turut.

Guru, Antara Pengabdian dan Tekanan

Seorang guru bukan hanya pengajar yang menyampaikan materi pelajaran di depan kelas. Lebih dari itu, mereka adalah pendidik, pembimbing, sekaligus pelatih yang membentuk karakter dan kepribadian anak didiknya. Namun dalam menjalankan jenis peran tersebut, guru sering kali dihadapkan pada berbagai tekanan: tuntutan administrasi, beban kurikulum, ekspektasi orang tua, hingga dinamika perilaku siswa yang sangat beragam.

Belum lagi, di era digital saat ini, guru dituntut untuk menguasai teknologi, beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang serba cepat, dan tetap mampu menjaga hubungan emosional dengan siswa. Dalam situasi seperti itu, sangat wajar jika terkadang seorang guru mengalami kelelahan mental (burnout), kehilangan motivasi, atau melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan di kelas.

Di sinilah pentingnya evaluasi dan dukungan dari pihak manajemen sekolah. Evaluasi bukan dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan sebagai sarana pembinaan dan perbaikan yang berkelanjutan agar guru bisa tumbuh menjadi lebih profesional.

Evaluasi Sebagai Proses Pembinaan, Bukan Penghakiman

Evaluasi terhadap kinerja guru sering kali disalahpahami. Sebagian guru merasa canggung atau bahkan takut saat kinerjanya dievaluasi karena khawatir dianggap tidak kompeten. Padahal, bila dilakukan dengan pendekatan yang tepat, evaluasi justru menjadi sarana belajar dan refleksi yang sangat berharga.

Evaluasi yang baik bukan sekadar menilai, melainkan juga memberikan umpan balik (feedback) yang membangun. Ia harus dilakukan secara terbuka, jujur, dan penuh rasa saling menghargai. Melalui evaluasi yang sehat, guru dapat mengetahui aspek-aspek mana yang sudah baik dan mana yang masih perlu diperbaiki, baik dalam hal pengelolaan kelas, strategi pembelajaran, maupun hubungan interpersonal dengan siswa.

Namun, keberhasilan evaluasi tidak hanya bergantung pada guru, melainkan juga pada sistem yang dibangun oleh pihak manajemen sekolah. Di sinilah peran kepala sekolah menjadi sangat strategis.

Sebuah Pengalaman dari Lapangan

Ketika saya masih menjabat sebagai kepala sekolah, saya menyadari bahwa membangun komunikasi yang baik antara manajemen dan guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan kualitas sekolah. Untuk itu, saya memprogramkan pertemuan rutin setiap hari Senin pagi setelah upacara bendera. Pertemuan ini bukan sekadar formalitas, melainkan wadah untuk berbagi informasi, menyampaikan laporan, dan menyelesaikan berbagai persoalan secara bersama.

Dalam setiap pertemuan tersebut, saya selalu melakukan empat hal utama:

  1. Memberikan kesempatan kepada setiap wali kelas untuk melaporkan kejadian menonjol di kelasnya selama seminggu sebelumnya.
    Langkah ini sangat efektif untuk mengetahui dinamika yang terjadi di lapangan. Kadang ada siswa yang mengalami masalah perilaku, ada juga yang menunjukkan kemajuan luar biasa. Dengan laporan seperti ini, guru-guru lain dapat belajar dari pengalaman tersebut dan saling memberi solusi.
  2. Menyampaikan informasi tentang berbagai surat yang masuk serta kebijakan dari dinas atau pemerintah yang diterima oleh sekolah.
    Ini penting agar tidak ada guru yang tertinggal informasi. Dengan transparansi informasi, seluruh tenaga pendidik merasa dilibatkan dan menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan di sekolah.
  3. Menyampaikan program kegiatan sekolah untuk satu minggu ke depan.
    Perencanaan yang matang membuat seluruh warga sekolah memiliki arah dan tujuan yang jelas. Guru jadi tahu apa yang harus dipersiapkan, dan staf administrasi dapat menyesuaikan tugasnya sesuai prioritas kegiatan.
  4. Memberikan ulasan, tanggapan, dan arahan atas masalah yang sedang dihadapi.
    Di bagian ini, saya berusaha menjadi pendengar yang baik sekaligus pemberi solusi. Kadang, saya tidak langsung memberi jawaban, melainkan mengajak guru-guru berdiskusi untuk menemukan jalan keluarnya bersama. Dari sinilah muncul rasa kebersamaan yang kuat.

Dengan pola komunikasi seperti ini, saya merasakan bahwa jika terjadi masalah, baik di kelas maupun di luar sekolah, pihak manajemen dapat segera mengetahuinya dan mengambil langkah yang tepat. Guru merasa didampingi, bukan dihakimi. Mereka menjadi lebih terbuka, berani menyampaikan masalah, dan yang paling penting — mereka merasa dihargai.

Budaya Reflektif di Sekolah

Salah satu hasil dari kebiasaan evaluasi dan pertemuan rutin adalah tumbuhnya budaya reflektif di kalangan guru. Guru menjadi terbiasa merenungkan apa yang telah dilakukan dan apa yang bisa diperbaiki. Refleksi ini sangat penting dalam profesi kependidikan, karena mengajar sejatinya adalah proses yang dinamis dan selalu berkembang.

Ketika guru memiliki kebiasaan untuk mengevaluasi diri sendiri, mereka akan lebih mudah menerima masukan dari pihak lain. Sekolah pun akan berkembang menjadi organisasi pembelajar (learning organization), di mana setiap anggotanya memiliki semangat yang sama untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

Manajemen Sekolah Sebagai Sistem Penyangga

Manajemen sekolah yang baik tidak hanya berfungsi mengatur jadwal, keuangan, atau administrasi. Lebih dari itu, manajemen sekolah harus menjadi support system bagi para guru. Artinya, manajemen harus mampu menyediakan lingkungan kerja yang kondusif, mendukung profesionalisme, dan memperhatikan kesejahteraan fisik maupun emosional para pendidik.

Bentuk dukungan itu bisa berupa:

  • Memberikan pelatihan dan pengembangan kompetensi secara berkala.
  • Menyediakan ruang bagi guru untuk berkreasi dan berinovasi.
  • Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi.
  • Membentuk tim pendamping guru (coaching team) untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan.
  • Menyediakan forum komunikasi terbuka antara guru dan pimpinan sekolah.

Dengan dukungan seperti ini, guru akan merasa menjadi bagian dari sistem yang sehat. Mereka tidak lagi melihat sekolah hanya sebagai tempat bekerja, tetapi sebagai komunitas profesional yang saling mendukung.

Kesimpulan: Menjadi Sekolah yang Manusiawi

Pada akhirnya, esensi dari pendidikan adalah kemanusiaan. Guru, siswa, kepala sekolah, dan seluruh tenaga kependidikan adalah manusia yang memiliki perasaan, kebutuhan, serta keinginan untuk dihargai dan dimengerti. Maka, pendekatan manusiawi dalam pengelolaan sekolah menjadi kunci bagi terciptanya suasana belajar yang sehat dan produktif.

Guru memang manusia biasa, tetapi mereka memiliki tugas luar biasa. Agar mereka dapat menjalankan tugas itu dengan baik, maka manajemen sekolah tidak boleh membiarkan mereka berjuang sendirian. Evaluasi, pembinaan, dan dukungan yang berkesinambungan harus menjadi budaya kerja di setiap sekolah.

Dengan demikian, sekolah bukan hanya menjadi tempat belajar bagi siswa, tetapi juga tempat tumbuh bagi para guru — tempat di mana mereka belajar menjadi pendidik yang lebih baik dari hari ke hari.

Baca Guru Juga Manusia (bag-1)

*) Kasi Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik dan Kependidikan BPIC Kaltim

Redaksi